Mushalla At Tarbiyah Feb - Fisip Unila |
Berpikir akan tawaran tadi, harus kah saya berpaling dari rumah allah yang mulia ini ataukah ini sebuah pintu kesempatan yang terbaik. akhirnya dengan pertimbagan yang menurut saya yang terbaik, aku harus meninggalkan mushalla tarbiyah ini. bukan karna tak lagi betah di sini ataupun ada masalah di sini. banyak sekali pengalaman yang di dapat mulai dari kenal banyak orang sampai dosenpun banyak yang kenal, nah yang lebih pentig lagi ni satpam. keluar masuk bisa bebas, hehe.
Ketika pukul 06.00 itulah waktuya saya harus memegang sapu, tak ketiggalan juga kain pel. kalau soal bagian tak ada yang pragmatis membagi kamu sana, kamu sini. tetapi saya lebih suka di bagian akhwat. walaupun ini merupakan tempat yang paling kotor. tisu di sana sini, sampah makanan banyak tak lupa mukena berantakan. melihat opini yang terbentuk bahwa wanita itu lebih rajin dari pria, rasanya ga mungkin kalau keadaannya seperti ini, belum lagi harus mengepel bagian teras yang penuh dengan kotoran. Kalau disiang hari ingin istirahat rasanya, tapi apa daya ada saja yag memanggil "ada lcd gak?", " ada proyektor gak?" ada bla bla bla bla gak? sering jengkel sih, tapi apa daya ini sudah kewajiban saya. Apalagi kalau air habis, tekanan datang dari mana-mana, mulai dari mahasiswa itu sendiri, kantin yang juga mengambil air dari mushalla tak lupa dekanat yang lebih banyak mengkritisi tanpa sebuah solusi, udah putusin aja kantin biar iar di mushalla gak habis. ketika datang ke dekanat fisip, mereka tak memberikan solusi hanya sebuah kata yang menjengkelkan, " tunggu beberapa hari ya biar di urus" tapi mana buktinya. ketika datang ke dekanat ekonomi yap tetap kami yang salah.
Kalo senengya banyak, pertama bisa iternetan gratis, yang lainnya berkumpul denga orag orang shalih membuat hati ini tetap teguh menjalani hidup, disisi juag saya membentuk simpul-simpul kepribadian yang islami tanpa basa-basi.
Tetapi pergi dari rumah Allah bukan berarti sebab dari beberapa problema itu. itu hanya sebagian problem dan masih banyak lagi problem lain tanpa sebuah solusi. kebingungan semakin menjadi ketika sebuah pertanyaan datang, ada apa denga mutar?
yang kuyakin ini sebuah piliha terbaik diantara ikmat yang di berika antara langit dan bumi, semoga kedepanya memjadi pribadi yang membela islam, tanpa takut lagi kehilangan sesuatu yang kita cintai dan menjadi pribadi luar biasa yang siap membantu sesama.Insyallah selama dua kaki ini tetap tegak berdiri di bawah kedali otak dan naluri hati. bukan menjadi muslim yang pragmatis, apatis apalagi egois.
0 komentar:
Post a Comment